Insektisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengusir hama pada tanaman atau produk pertanian. Nah, bagaimana untuk tanaman padi? Simak penjelasannya berikut ini!
Cara Menggunakan Insektisida Pada Padi
Tanaman padi merupakan hasil pertanian yang memiliki tingkat produksi dan konsumsi tertinggi di Indonesia dan negara-negara di Asia lainnya. Hal ini dikarenakan padi merupakan sumber makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari.
Selama proses penanaman hingga pemanenan, para petani padi seringkali mengalami rintangan dalam hal pembasmian kutu maupun serangga dan hama pengerat yang sering merusak tanaman padi dan menyebabkan kegagalan panen.
Jenis insektisida dan herbisida yang cocok
Upaya pemberantasan hama dan serangga pada tanaman padi dapat diatasi dengan menggunakan insektisida padi dan juga herbisida. Lalu, insektisida padi dan herbisida padi seperti apa yang sebaiknya digunakan?
Tipe serangga yang paling sering menyerang tanaman padi adalah kutu beras yang merusak tanaman padi dengan cara menggigit akar tanaman, sedangkan penggerek batang memakan tanaman padi semasa pertumbuhannya menjadi hewan dewasa.
Beberapa jenis serangga merusak tanaman padi dengan cara menghisap tanaman padi dan mengakibatkan pada berkurangnya hasil panen.
Insektisida padi yang populer
Untuk menjaga beberapa jenis hama yang bersifat merusak pada area yang dekat perairan, petani beralih ke jenis insektisida padi dengan spektrum luas dan sempit untuk menjaga produksi tanaman tetap tinggi.
Insektisida padi jenis karbaril adalah yang merupakan jenis paling awet, berspektrum luas sehingga dapat membunuh baik serangga dan beberapa invertebrata lainnya.
Sulfat tembaga pentahidrat dan diflubenzuron adalah pestisida berspektrum sempit yang memiliki durasi dampak yang wajar, tahan lama yaitu antara beberapa hari hingga dua minggu.
Lambda-cyhalothrin, malathion dan zeta-cypermethrin adalah pestisida dengan spektrum yang luas yang digunakan pada padi. Zeta-cypermethrin adalah jenis insektisida padi yang lebih baik yang dikenal juga dengan sebutan Mustang, sedangkan lambda-cyhalothrin dikenal juga dengan sebutan Warrior.
Pada penggunaannya, insektisida padi yang merupakan bahan kimia yang disemprotkan pada tumbuhan atau komoditas pertanian yang nantinya akan dikonsumsi akan meninggalkan residu yang kemudian akan dikonsumsi oleh manusia.
Transportasi insektisida padi di dalam tanaman padi
Pada saat insektisida yang disemprotkan ke tanaman padi, maka akan melalui proses sebagai berikut.
Pertama, ketika insektisida padi dilarutkan di dalam air, insektisida padi akan mengalami evaporasi dari permukaan air kemudian diadsorpsi oleh permukaan tanaman. Selanjutnya, insektisida padi akan diabsorbsi oleh permukaan tanaman memasuki jaringan tanaman melalui akar atau bagian bawah sarung daun dan bertranslokasi ke atas menuju bagian udara dan kemudian akan merambat di sepanjang penutup daun melalui aksi kapilarisasi.
Kemungkinan dari rute-rute insektisida padi tersebut telah diafirmasi seluruhnya, namun tidak heran jika rutenya sangat kecil dibandingkan dengan bagian proses absorbsi oleh jaringan tanaman dan kapilaritas di bagian daun.
Resistensi Hama
Insektisida padi selain berguna dalam memberantas hama dan serangga yang merugikan padi, juga dapat menimbulkan kerugian seperti munculnya sifat resistensi hama terhadap insektisida padi. Residu yang tertinggal pada tanaman padi setelah penyemprotan insektisida padi dapat menyebabkan toksisitas pada padi, hidrokarbon terklorinasi yang berpotensi berbahaya jika terakumulasi pada tubuh manusia. Insektisida organofosfat lebih aman pada kasus ini.
Bahan aktif di dalam insektisida padi yang dapat mengendalikan hama atau serangga pada padi antara lain buprofezin, fipronil, abamectin, dan imidacloprid.
Bahan aktif yang paling sering digunakan pada insektisida padi antara lain adalah buprofezin, fipronil, dan methomyl.
Pada beberapa daerah pertanian telah diatur batas atau dosis penggunaan insektisida padi beserta frekuensinya dan tipe insektisida padi yang digunakan agar tidak berlebihan. Dampak penggunaan insektisida padi yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya polusi lingkungan seperti kontaminasi perairan dan tanah yang diindikasikan dari peningkatan jumlah logam yang terdeteksi pada air dan tanah.