ARTIKEL-PORTAL.NET – Kelelawar adalah hewan yang bermanfaat. Mereka memakan serangga dan berperan penting dalam penyerbukan tanaman yang secara tidak langsung berarti berperan untuk menjaga ekosistem tetap sehat dan seimbang. Tetapi di era modern ini manusia bisa mengubah keseimbangan alam sesuka hati, kelelawar pun bisa dimanfaatkan untuk obat ataupun santapan kuliner di beberapa daerah di bumi.
Manfaat ini menyebabkan perburuan kelelawar untuk makanan dan obat-obatan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi konservasi kelelawar. Sementara perburuan untuk konsumsi menjadi fokus perhatian pemanfaatan utama yang meningkat pada kelelawar, sedangkan penggunaan kelelawar sebagai obat medis secara spesifik tidak terdokumentasi dengan baik, membatasi upaya mitigasi.
Perburuan Kelelawar di Negara Asia
Berburu kelelawar untuk makanan adalah hal biasa di negara bagian Afrika Barat dan Tengah di mana hal itu dapat menjadi ancaman besar bagi populasi mereka.
Sementara perburuan kelelawar sedikit sekali terjadi di Mali dan Zambia, hampir tidak ada perburuan di Afrika Timur, kecuali Uganda timur, dan perburuan kelelawar jarang terjadi di Afrika Selatan.
Tekanan perburuan terhadap kelelawar paling besar terjadi di Asia Tenggara, di mana 56, atau 17% spesies kelelawar di kawasan itu diburu. Perburuan kelelawar tersebar luas di 10 dari 11 negara (Brunei, Kamboja, Indonesia, Timor Leste, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam). Hanya di Singapura saja kelelawar tidak banyak diburu
Perburuan dengan tingkat yang tinggi terjadi di Indonesia, di mana ada sejarah panjang pada konsumsi kelelawar di kalangan masyarakat sekitar dan sejumlah besar kelelawar juga masih dijual di pasar (misalnya P. vampyrus, Kelelawar buah Sulawesi, Acerodon celebensis,, Pteropus griseus, rubah terbang hitam, Pteropus alecto).
Di Filipina, kelelawar juga banyak diburu dengan sepertiga (24/75) spesiesnya diketahui telah diburu. Meskipun kelelawar Filipina dilindungi dari perburuan oleh Undang-Undang Satwa Liar Filipina dan Undang-Undang Pengelolaan Gua Filipina, tidak ada penegakan undang-undang yang baik, dan perburuan untuk konsumsi pribadi dan perdagangan lokal tersebar luas.
Kelelawar Sebagai Pengobatan Medis Alternatif
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tackett (2022), dengan sampel survei dari 1284 literatur / laporan mengenai konsumsi kelelawar untuk kegunaan sebagai makanan dan 453 sebagai penggunaan obat. Pada survei penelitian tersebut ditemui variasi yang tinggi dalam pemanfaatan kelelawar sebagai makanan dan medis. Konsumsi kelelawar secara eksklusif untuk makanan ditemukan di 46 negara dan teritori, penggunaan eksklusif untuk obat-obatan di 12 negara, dan penggunaan keduanya di 25 negara.
Pada survei tersebut kita temui bahwa sebagian besar penggunaan kelelawar adalah sebagai medis adalah untuk mengobati asma diikuti oleh batuk-batuk, kelumpuhan, mental health, ginjal dan bahkan kesuburan seksual pria. Kita juga mengetahui dari survei ini bahwa daging dan cairan misalnya darah adalah bagian dari kelelawar yang paling banyak dimanfaatkan untuk kegunaan-kegunaan diatas.
Jika ditelaah lagi survei Tackett ES, et al(2022) ini juga menunjukan bahwa pemanfaatan kelelawar sebagai medis dan pengobatan alternatif sangat beragam bergantung secara geografis pada negara wilayah tertentu misalnya negara Asia tenggara dan Asia Selatan cenderung memanfaatkan kelelawar sebagai pengobatan medis untuk asthma dan fertility. Pada Asia Selatan selain ashtma, negara tersebut juga memanfaatkan kelelawar untuk pengobatan kelumpuhan serta sakit lutut.
Menilik pada negara di Amerika Selatan mereka lebih banyak memanfaatkan kelelawar untuk pengobatan mental health dan epilepsi. Pada afrika barat dan tengah, kelelawar lebih di manfaatkan untuk fertifilitas dan kebotakan.
Berbagai Kebudayaan yang Memanfaatkan Kelelawar
Misalnya, di Bolivia, orang memperdagangkan kelelawar hidup untuk tujuan pengobatan. Terutama orang percaya bahwa darah kelelawar dapat mengobati epilepsi Sebuah studi tahun 2010 mendokumentasikan bahwa per bulan, 3.000 kelelawar dijual di pasar di empat kota Bolivia. Spesies yang dijual di marketplace biasanya adalah kelelawar berekor pendek, kelelawar bertelinga tikus, dan kelelawar vampir pada umumnya.
Pemakaian darah kelelawar untuk tujuan pengobatan sebenarnya berkaitan dengan kepercayaan atau budaya Orang Bolivia dalam memanfaatkan pengobatan alternatif tradisional. Selain itu orang Romawi juga percaya bahwa darah kelelawar dapat dimanfaatkan sebagai penangkal racun ular.
Uniknya, Kotoran kelelawar dari digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sebagai pengobatan rabun malam. Kenapa bisa begitu? Karena kotoran kelelawar dipercaya memiliki kandungan vitamin A yang dapat mengobati rabun malam sebab defisiensi vitamin A dapat menyebabkan rabun ini.
Beberapa orang mempercayai bahwa lemak kelelawar dapat mengobati rematik. Pemanfaatan kelelawar lain dalam segi kesehatan adalah dagingnya, Beberapa Suku-suku di India memakan daging rubah terbang India yang dimasak untuk mengobati asma dan nyeri dada selain itu suku Kanda di Bangladesh juga menggunakan rambut dari kelelawar India untuk pengobatan demam.
Proses Ekstraksi Darah Kelelawar
Volume darah kelelawar terdiri dari 10% dari total berat badan atau sekitar 9,0–11,0 ml per 100 g. Seperti pada spesies lain, dianggap aman untuk mengambil sampel darah yang setara dengan 1% dari total berat badan pada setiap pengambilan tetapi karena acuannya adalah bobot massa maka penting untuk menimbang berat kelelawar sebelum pengambilan sampel.
Jika kelelawar ditempatkan pada suhu rendah misalnya pada suhu 7°C, maka direkomendasikan untuk menaikkan suhu wadah penampungan kelelawar menjadi 10 °C dalam waktu 3–4 jam sebelum kegiatan pengambilan darah.
Titik pengambilan darah kelelawar yaitu vena median (brakialis), vena kava kranial, vena jugularis, sinus orbita, dan jantung. Venipuncture vena cephalic dan safena (interfemoral) keduanya bisa dibilang teknik terbaik untuk pengumpulan darah kelelawar yang cepat dan aman pada kelelawar. Dalam proses ekstraksi darah bisa digunakan jarum ukuran 26-29 untuk menusuk vena interfemoral pada titik kira-kira dua pertiga jarak dari garis tengah tubuh.
Teknik ini dapat digunakan untuk mengumpulkan darah dalam volume kecil hingga sedang dengan visualisasi pembuluh darah yang baik dan dapat dilakukan pada kelelawar yang dibius atau ditahan secara manual, dan tidak dibius.