Proses fumigasi menggunakan bahan kimia yaitu fumigan atau biasa disebut dengan obat kutu. Namun, tahukah Anda bahan fumigasi ini terbuat dari apa? Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
Fumigasi merupakan tindakan pengendalian atau pencegahan persebaran hama dengan cara mematikannya dengan menggunakan bahan beracun dan berbahaya yaitu fumigan.
Bahan-bahan di dalam fumigan adalah bahan kimia yang bersifat aktif dan beracun bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) sendiri, fumigan terkadang dipasarkan dalam bentuk campuran dengan komponen lainnya.
Bahan campuran fumigasi
Bahan fumigasi yang dipasarkan seringkali dalam bentuk campuran atau gabungan dengan komponen senyawa kimia lainnya. Berikut ini adalah beberapa alasan logis yang mendasari hal tersebut.
- Adanya risiko kebakaran dari bahan beracun yang direduksi atau dicegah bersamaan dengan penambahan dari bahan kimia lainnya. Contohnya adalah penambahan karbon dioksida ke dalam etilen oksida atau metil format dan karbon tetraklorida ke dalam akrilonitril atau karbon disulfida.
- Dengan menggunakan tipe bahan fumigasi berwujud cairan di dalam fumigasi biji, campuran dibuat untuk memberikan bahan-bahan yang dapat menghasilkan gas dengan laju yang berbeda dan pola difusi yang berbeda-beda. Jarak bahan yang berdifusi menurun tergantung pada lamanya bahan tersebut diserap oleh biji. Fosfin digunakan sebagai kombinasi dengan metil bromida dalam perlakuan material seperti minyak biji, fosfin berpenetrasi mendalam ke dalam material biji selagi metil bromida memberikan kontrol pada bagian permukaan luar biji.
- Adanya potensi difusi fumigan yang volatil seperti metil bromida secara intens, sehingga dapat menyebabkan bagian permukaan atas komoditas pangan tidak mengalami perlakuan insektisida. Fumigan volatil yang kurang lainnya, seperti etilen dibromida ditambahkan untuk memastikan bahwa material pada bagian atas telah difumigasi dengan baik. Campuran pada tipe ini dapat digunakan di bawah kondisi tropik saat temperatur komoditas berada pada kisaran 38 derajat Celcius.
- Prinsip dari bahan toksik dapat bercampur sehingga terjadi distribusi yang menjadi lebih seragam. Karbon tetraklorida, meskipun hanya insektisida di dalamnya secara menengah, bertujuan dalam distribusi bahan fumigasi lainnya seperti etilen dibromida yang tidak dapat berdifusi dengan baik melalui biji dalam bentuk massal.
Meskipun campuran bahan fumigasi sangat berguna untuk banyak penggunaan khususnya untuk perlakuan perawatan dan perlindungan biji dalam bentuk massal yang disimpan di gudang dan titik fumigasi lokal, penggunaannya harus diperhatikan karena adanya keterlibatan faktor yang kompleks.
Bahan-bahan fumigasi yang digunakan mungkin dapat tertinggal di dalam berbagai bagian yang berbeda dari sistem fumigasi. Hal ini dapat menyebabkan situasi dimana material yang lebih beracun berperan berlawanan terhadap bagian lain dari populasi serangga sedangkan bahan fumigasi yang kurang toksik dibuat untuk mengijinkan waktu untuk material yang kurang toksik untuk menggunakan efek maksimumnya.
Akrilonitril
Bahan fumigasi yang pertama yaitu akrilonitril atau dalam bahasa Inggrisnya Acrylonitrile, merupakan bahan fumigasi yang bersifat mudah terbakar sehingga tidak pernah diaplikasikan secara sendiri namun selalu dicampurkan dengan bahan-bahan tidak mudah terbakar lainnya.
Bahan fumigasi ini dicampur dengan karbon tetraklorida yang telah digunakan sebagai fumigan lokal dan untuk fumigasi pada tembakau.
Akrilonitril dicampurkan dengan kloroform atau metilen klorida yang telah berhasil digunakan untuk fumigasi bangunan terhadap rayap kayu kering.
Meskipun dibandingkan dengan metil bromida, campuran ini tidak memiliki efek yang merusak pada bahan-bahan rumah tangga seperti karet spons, bahan-bahan tersebut tidak mengalami aerasi setelah fumigasi sesering pada metil bromida atau sulfuril fluorida.
Pada penelitian Ruppel dkk. pada tahun 1960, ditemukan bahwa campuran bahan fumigasi akrilonitril dengan tetraklorida tidak sepenuhnya memuaskan terhadap hama di dalam gudang jagung di Kolombia dibandingkan dengan campuran EDC:CT 3 banding 1 yang sering digunakan pada berbagai negara.
Karbon disulfida
Bahan fumigasi berikutnya yaitu karbon disulfida yang merupakan campuran dari karbon tetraklorida, karbon disulfida (CS2) yang sangat berguna untuk fumigasi biji, khususnya pada tanaman yang sudah tinggi, gudang penyimpanan, dan semua unit penyimpanan yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi yang memadai.
Karbon tetraklorida yang cukup harus dicampurkan di dalam campuran untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Campuran yang umum ditemukan di market memiliki konsentrasi sebesar 16,5% CS2, 82,5% karbon tetraklorida, dan 1% bahan-bahan inert.